Kemiskinan, Pendidikan, Kebodohan satu paket yang tak terpisahkan

on Jumat, 01 Juli 2011

Jika angka-angka yang dipublikasi oleh BPS sudah tidak dapat
dipercaya lagi, lalu apalagi yang bisa dipercaya di negeri ini?. Ketiga
rakyat sedang berada dalam kemiskinan, yang mengaku wakil rakyat justru
dengan merasa tidak bersalah mendapatkan tunjangan ini dan itu,
dimanakah hati nurani para pemimpin ini?

Kemiskinan merupakan suatu keadaan, sering dihubungkan dengan
kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup yang
menggambarkan kekurangan materi, biasanya mencakup kebutuhan pangan
sehari-hari, sandang, perumahan, pelayanan kesehatan, dan kesempatan
pendidikan (http://id.wikipedia.org).

Kalau kita renungkan sebuah kalimat yang berbunyi demikian „ Karena
masyarakat miskin makanya mereka tidak bisa sekolah dan akhirnya mereka
tetap bodoh“ Coba kita renungkan lagi kalimat yang berbeda namun
bermakna agak mirip „ Karena masyarakat bodoh, makanya masyarakat
menjadi miskin sehingga mereka tidak bisa sekolah“ atau juga renungkan
kalimat yang lainnya „ Karena masyarakat tidak sekolah makanya mereka
tetap bodoh dan akhirnya mereka menjadi miskin“

Kalimat tersebut mengandung makna bahwa persoalan kemiskinan,
pendidikan, dan kebodohan adalah satu paket persoalan yang harus
dituntaskan bersamaan.

Kemiskinan dapat disebabkan karena individu yang malas bekerja
sehingga ia menjadi miskin namun hal ini sangat kecil jumlahnya di
masyarkat kita walaupun memang ada. Ada indikasi lain bahwa kemiskinan
masyarakat kita karena kesalahan struktur sosial dan kurangnya
perhatian pemerintah.

Menurut catatan ADB, ternyata mayoritas masyarakat miskin Indonesia
bekerja di sektor pertanian, artinya jika penduduk Indonesia yang
bekerja di sector pertanian berjumlah 100 juta orang, kita dapat
membayangkan berapa banyaknya masyarakat Indonesia berada pada garis
kemiskinan. Jika kita lihat masyarakat Bali yang masih mayoritas
sebagai petani, itu juga dapat dipakai sebagai indikator bahwa
masyarakat Bali masih banyak berada dalam garis kemiskinan walapun
sektor pariwisata memang harus diakui telah berhasil menjadi primadona
Bali. Karena masyarakat Bali mayoritas sebagai petani, ada juga
indikasi bahwa mereka tidak akan mampu menyekolahkan anak-anak mereka
sampai benar-benar siap untuk bekerja. Jika semakin banyak anak-anak
kita yang putus sekolah, bagaimana Bali ini bisa ajeg?

Dalam kontek pembangunan ke depan, sudah saatnya yel-yel dan dogma
lama yang bernuansakan rayuan pulau kelapa dihilangkan karena itu juga
membuat kita menjadi bangsa yang manja dan tak mau bekerja keras. Tidak
ada lagi tongkat menjadi tanaman, tidak ada lagi nyiur hijau
melambai-lambai, tidak ada lagi lautan menjadi kolam susu. Kita harus
mau mengakui bahwa kita telah menjadi miskin, tanah sudah tidak sesubur
dulu lagi karena tanah kita sudah terkena dampak penyempitan lahan dan
tercemar limbah. Kita harus mau mengakui bahwa kita bangsa yang korup
karena memang benar adanya. Seiring dengan itu marilah kita sadar diri
bahwa perjuangan saat ini bukanlah melawan penjajahan fisik namun
kemiskinan, kebodohan dan peperangan melawan korupsi.

Coba kita lihat bangsa lain seperti Jepang, kenapa mereka mampu
menjadi bangsa yang besar dan diperhitungkan di muka bumi ini, walaupun
sebenarnya mereka tidak memiliki kekayaan alam semelimpah kekayaan alam
Indonesia. Karena masyarkatnya yang tidak manja dan pekerja keras,
masyarakat yang tekun menuntut ilmu, masyarakat yang tidak korup,
masyarakat yang mau mengakui bahwa dirinya memang miskin sehingga
mereka harus bekerja keras.

Pemimpin yang bersih dan berjiwa kesatria (mau mengakui kesalahan
jika memang bersalah), kelian, lurah, camat, bupati, gubernur, menteri
menteri yang mau memperjuangkan kepentingan rakyat, pemimpin yang layak
ditiru dan digugu serta mampu menggerakkan masyarakat untuk bekerja
keras sangat dinanti-nantikan saat ini.

Minimal tiga bidang yang menjadi dasar kebangkitan dan kemajuan sebuah bangsa dengan asumsi, tidak ada korupsi lagi.

 Bidang pangan

Ada anggapan yang mengatakan, jika masyarakat cukup pangan menurut
standar gizi dan nutrisi yang ideal maka masyarakat akan hidup sehat.

Artinya, pembangunan diarahkan untuk memenuhi pangan masyarakat,
pangan tidak saja bermakna „beras“ namun juga termasuk jenis pangan
yang lainnya. Harus ada inovasi-inovasi untuk menggerakankan sektor
pertanian agar berdaya dan bangga dengan sektor pertanian yang memang
nyata-nyata masih dilakoni oleh mayoritas masyarakat Indonesia.
Sekolah-sekolah, fakultas pertanian digairahkan lagi bila perlu
diberikan beasiswa khusus bagi mereka yang mau melanjutkan ke bidang
tersebut dan tentu juga diarahkan untuk menjadi wirausahawan dibidang
pertanian. Budidaya dengan sentuhan teknologi dan pembinaan petani
untuk menjadi petani yang mampu bekerja dengan prinsip agrobisnis.
Daripada membuat petani Vietnam menjadi kaya, kenapa tidak petani kita
saja yang disubsidi agar mampu hidup layak? Daripada mensubsidi
sepakbola kenapa petani ditinggalkan? Sektor perbankkan yang memiliki
kebijakan khusus untuk penyaluran modal ke petani masih terus
diperlukan, pembinaan para penyuluh pertanian yang sempat hilang
digairahkan kembali.

 Bidang kesehatan

Sangat aneh sekali kita lihat, hampir setiap tahun kita mendengar
dan menyaksikan namanya wabah demam berdarah, flu burung, dan berbagai
jenis wabah lainnya, kenapa bisa terus terjadi? Persoalannya karena
bidang kesehatan masih kurang mendapat perhatian yang serius, jikalau
ada pembangunan rumah sakit yang canggih dan mewah itu hanyalah tujuan
bisnis semata seolah-olah perkembangan jumlah orang sakit akan menjadi
trend positip bagi keuntungan pengelola rumah sakit.

Kenapa kita tidak menyadari semua itu? Kalau penyakit atau wabah
bisa dicegah kenapa harus terjadi setiap tahun? Kalau pulau Bali sampai
terpublikasi dan terindikasi sebagai pulau yang tidak sehat, karena
masyarakatnya yang banyak sakit, apa jadinya pulau ini?

Ada indikasi, banyak para pekerja dibidang kesehatan tidak
dilandasi pada prinsip pelayanan kemanusiaan yang sesungguhnya karena
dari rekrutmen awal sudah harus membayar dengan harga yang mahal
sehingga melahirkan seorang pekerja yang juga tidak sungguh-sungguh
melayani sesama. Ditambah lagi memang kurangnya perhatian pemerintah
terhadap bidang kesehatan, seolah-olah keberadaan penyakit dibiarkan
begitu saja. Daripada memberikan tunjangan kepada anggota dewan yang
sudah kaya dengan gajinya, kenapa tidak dipakai untuk subsidi bidang
kesehatan bagi masyarakat miskin saja. Kenapa para petugas kesehatan
hanya menunggu pasien di rumah sakit?, bukankah melakukan pengamatan
langsung di lapangan jauh lebih baik sehingga tindakan pencegahan dapat
dilakukan sedini mungkin.

 Bidang pendidikan

Kalau Kabupaten Jembrana mampu meng-gratiskan sekolah, kenapa
kabupaten lain di Bali tidak mau berbuat yang sama? Bukankah Jembrana
tidak lebih kaya dari yang lainnya? Artinya, masih kurangnya pemerintah
pada bidang pendidikan masih sangat terasa. Besarnya angka drop-out
masih dianggap biasa-biasa saja, kurangnya fasilitas sekolah negeri,
rendahnya kualitas guru imbas dari rendahnya pendapatnya kurang
mendapat perhatian yang serius sehingga lagu Iwan Fals dengan judul
Oemar Bakrie menjadi lagu wajib tiap bulan sampai saat ini. Rekrutment
calon guru yang berbau KKN masih tetap ada di tengah raungan reformasi.
Daripada mensubsidi sepakbola kenapa tidak membangun perpustakaan
keliling, internet keliling, dan fasilitas lain yang berkaitan dengan
pendidikan. Bukan berarti mengganggap sepakbola tidak penting, namun
ada yang lebih penting untuk diperhatikan. Jika masyarakat kita pintar
(bukan sok pintar) maka pembangunan akan dapat dilakukan dengan baik.
Jika masyarakat kita bodoh karena tidak mendapatkan pendidikan yang
cukup, maka kita akan menjadi masyarakat yang gampang ditipu termasuk
juga oleh pemimpin kita sendiri.

Akhirnya, jika bangsa cukup makan, rumah, dan juga pakaian maka
bangsa ini hidup sehat dan mampu menuntut ilmu dengan baik untuk
perbaikan generasi yang akan datang.