Tugas Bahasa Arab

on Sabtu, 18 Desember 2010

MAKALAH
TENTANG
KAIDAH-KAIDAH DALAM BAHASA ARAB
Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah atu tugas mata kuliah Bahasa Arab

NAMA               :   HABIB RUSMAN
NIM                    :  1210302067
NAMA DOSEN :  Drs. ATENG RUHENDI, M.Pd.
FAIZAL PIKRI, SS, M.Ag.


UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG

I.                  JUMLAH MUFIDAH
Susunan kata atau kalimat yang bemberikan suatu faidah (kegunaan) yang sempurna disebut sebagai Jumlah Mufidah (kalimat yang berguna) atau disebut juga Kalam (perkataan).
Maksudnya  Jumlah Mufidah adalah susunan kata atau kalimat yang dapat memberikan pemahaman dan dapat dimengerti oleh orang yang melihat atau mendengarnya. Jumlah Mufidah bisa terdiri dari dua kalimat dan juga bisa lebih dari itu.
Contoh :
Rumah itu besar                                                             اَلْبَيْتُ كَبِيْرٌ
Muhammad sedang makan nasi                               أَكَلَ مُحَمَّدٌ اَلرُّزَّ
Keterangan:
Semua kata yang ada di kalimat “rumah itu besar” jika digabungkan seperti itu akan dapat dimengerti oleh orang bahwa ada sebuah rumah yang besar. Tapi jika kalimat tersebut dipisah misalkan kata “rumah” saja, maka orang akan bingung apa maksudnya? dan ada apa dengan rumah tersebut? Begitu juga dengan contoh kalimat yang lainnya. Kalimat yang dapat dimengerti orang tersebut dinamakan Jumlah Mufidah.

II.               KALIMAH  
Kalimah adalah lafadz yang tersusun dari sebagian huruf hijaiyah. Kalimat terbagi menjadi tiga jenis, yaitu : Ismun, Fi’lun, Harfun.

1.      ISMUN
Ismun yaitu setiap kata yang sama dengan nama orang, binatang, tumbuhan, Jamad (benda yang tak bernyawa), dan sebagainya.
Contoh:
Muhammad ( nama orang)                                        مُحَمَّدٌ
Kuda (nama binatang)                                            اَلْحِصَانُ
Pohon (nama tumbuhan)                                          اَلشَّجَرَةُ
                                    Kamar (jamad)                                                         اَلْحُجْرَةُ
1.A. Pembagian Isim

Isim terbagi kedalam tiga bagian, yaitu Isim Mufrad, Isim Mutsanaa, dan Isim Jama’.

1.      Isim Mufrad

            Isim Mufrad adalah kata yang menunjukan satu atau tunggal, baik untu mudzakkar  maupun muannats.

Contoh :

Tilmiidun                                                         Seorang mahasiswa laki-laki
Tlmiidatun                                                       Seorang mahasiswa perempuan

2.      Isim Mutsanna

            Isim Mutsanna adalah kata yang menunujukan dua, baik untuk mudzakkar maupun muannats dengan cara menambahkan alif dan nun atau yaa dan nun diakhir kata.

Contoh :

Tilmidaini/Tilmidaani                                   Dua orang mahasiswa laki-laki
Tilmidataini/Tilmidataani                             Dua orang mahasiswa perempuan

3.      Isim Jama’

            Isim Jama’ adalah kata yang menunjukan lebih dari satu, baik untuk mudzakkar maupun muannats. Isim Jama’ terbagi kedalam tiga jenis, yaitu : Jama’ Mudzakkar Salim, dan Jama’ Muannats Salim, Jama’ Taksiir.

a.      Jama’ Mudzakkar Salim

Jama’ Mudzakkar Salim adalah Isim yang menunjukan lebih dari dua, untuk jenis mudzakkar(laki-laki) dengan cara menambahkan wa’u dan nun atau yaa dan nun diakhir kata dengan tidak merubah bentuk tunggalnya.

Contoh :

Al-muslimuuna/Al-muslimiina           Orang-orang muslim laki-laki



b.      Jama’ Muannats Salim

Jama’ Muannats Salim adalah Isim yang menunjukan lebih dari dua, untuk jenis muannats(perempuan)dengan cara menambahkan alif dan taa diujung kata tunggalnya.

Contoh :

Al-muslimaati                                    Orang-orang muslim perempuan

c.       Jama’ Taksir
              Jama’ Taksir adalah Isim yang menunjukan lebih dari dua, baik                 mudzakkar(laki-laki), maupun muannats(perempuan)dengan merubah bentuk tunggalnya (secara tidak beraturan).

      Contoh :

     Kutubun                                              Beberapa buku
    Aqlaamun                                            Beberapa pulpen                         

1.B. Pembagian Isim berdasarkan jenisnya

Isim  berdasarkan jenisnya terbagi kedalam dua macam, yaitu : mudzakar, dan muannats.
·         Mudzakar adalah kata benda yang boleh diikuti dengan kata petunjuk hadza, dan dzalika untuk jenis yang sama.

Contoh :

Hadza kitaabun                             ini buku
Dzalika qalamun                           itu pulpen

·         Muannats adalah kata yang boleh jika dikuti dengan kata petunjuk hadzihi, dan tilka untuk jenis yang sama.

Contoh :

Hadzihi tilmiidatun                       ini mahasiswa perempuan
Tilka syabbuuratun                      itu papantulis

Muannast terbagi kedalam dua bagian, yaitu : Muannats Lafdiyyu, dan Muannats Ma’nawii.

1.      Muannast Lafdiyyu
Muannats Lafdiyyu(muannats secara lafadz) adalah kata benda yang memiliki cirri-ciri perempuan/betina. Untuk benda yang menunjukan perempuan.

Contoh :

Thallaastun                                    Penghapus papantulis


2.      Muannats Ma’nawii
Muannats Ma’nawii (muannats secara ma’na) adalah kata benda perempuan/betina yang tidak memiliki cirri-ciri Muannats.  

Contoh :

Salmaa                                            Salma ( nama seorang perempuan )

2.       FI’IL
            Fi’il (kata kerja) adalah kata yang menunjukan pekerjaan yang terjadi pada waktu-waktu tertentu. Fi’il (kata kerja) jika dilihat dari segi waktu dilakukannya pekerjaan tersebut (zaman) dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Fi’al Madhi, Fi’il Mudhari, Fi’il Amr.   

1.      Fi’il  Madhi

Fi’il  Madhi adalah fi’il (kata kerja ) yang artinya menunjukan pekerjaan yang telah lampau atau telah berlalu sebelum pembicaraan.  

Contoh :

Lelaki itu telah dating                                      جَاءَ الرَّجُلُ

Anak perempuan itu telah tidur                       نَامَتِ الْبِنْتُ

Kucing itu telah berlari                                    جَرَى الْقِطُّ

 

 

 

2.      Fi’il Mudhori’

Fi’il Mudhari’ yaitu fi’il (kata kerja) yang terjadi pada masa sekarang atau yang akan datang. Dan kata kerja tersebut haruslah didahului oleh salah satu Huruf Mudhori’ yaitu :

                                    {   ء  ن  ي  ت   }

Contoh :

Saya sedang membuka pintu                           فْتَحُ الْبَابَ

Kami sedang pergi ke sekolah             نَذْهَبُ إِلَى الْمَدْرَسَةِ

Perempuan itu sedang nangis                       تَبْكِى الْمَرْأَةُ

 

3.      Fi’il Amr

Fi’il Amr adalah fi’il (kata kerja ) yang menutut untuk mengerjakan sesuatu setelah masa berbicara ( kata perintah ).

Contoh :

Tutuplah pintu itu                                                 اَقْفِلِ الْبَابَ

Ambillah pulpenmu                                               خُذِ الْقَلاَمَ

 


3.      HARFUN
Harfun adalah setiap kata yang arti atau maksudnya tidak bisa dipahami secara jelas kecuali jika digabungkan dengan kata yang lain.
Contoh :
Apakah                                                هَلْ
Di/didalam                                          فِى
Diatas                                                  عَلَى
Contoh Jumlah Mufidah yang lain :
Anak laki-laki itu berdiri diatas lantai                 قَامَ اْلوَلَدُ عَلَى الْبِلاَطِ
                                           Qaama (berdiri) : Fi’lun
                                          Alwaladu (anak laki laki) : Ismun
                                         ‘alaa (diatas) : harfun
                                          Albilaati (lantai) : Ismun


III.           FA’IL DAN MAF’UL BIH
Keterangan :

Marfu’ مَرْفُوْعٌ : berharakat Dhomah

Mansub مَنْصُوْبٌ : berharakat Fathah

Majrur مَجْرُوْرٌ : berharokat Kasroh

Majzum مَجْزُوْمٌ : berharakat Sukun

 

A.    Fa’il (Subjek)

Fa’il Adalah Ismun yang Marfu’ (berharokat Dhommah) yang menunjukkan siapa/apa yang melakukan suatu pekerjaan. Dan fa’il ini didahului oleh fi’il.

Contoh :

Petani itu sedang berjalan                   يَمْشِى الْفَلاَّحُ

Guru itu telah kembali                        عَادَ اْلأُسْتَاذُ

Mobil itu berhenti                               تَقِفُ السَّيَّارَةُ

 

 

 

B.     Maf’ul Bih (Objek)

Maf’ul Bih adalah Ismun yang Manshub (berharokat Fathah) yang menunjukkan apa yang dikerjakan oleh pelaku.

Contoh :

At-tilmiidzu yuqfilu al-baaba               Murid menutup pintu

Al-himaaru ya’kulu as-syu’ba             Keledai itu memakan rumput

Thobahati al-ummu at-tha’aama        Ibu memasak makanan

 

      C. Perbandingan antara Fa’il dan Maf’ul Bih :

1. Setiap Fa’il dan Maf’ul adalah sama sama Ismun (nama).

2. Fa’il adalah yang megerjakan suatu pekerjaan.

3. Maf’ul Bih adalah yang dikerjakan dalam pekerjaan tersebut.

4. Fa’il huruf akhirnya adalah Marfu’ (berharokat Dhommah).

5. Maf’ul Bih huruf akhirnya adalah Manshub (berharokat Fathah).

      D. Contoh I’rab

Anak laki-laki itu sedang melihat gunung                            يَنْظُرُ الْوَلَدُ الْجَبَلَ

                                                                        فِعْلٌ مُضَارِعٌ = يَنْظُر

فَاعِلٌ مَرْفُوْعٌ = اَلْوَلَدُ

مَفْعُوْلٌ بِهِ مَنْصُوْبٌ = الجَبَلَ

 

IV. MUBTADA’ WA KHOBAR

A. Mubtada’

Mubtada’ adalah  Ismun (nama) yang Marfu’ (berharokat Dhommah) diawal kalimat.

B. Khobar

Khobar adalah Ismun yang Marfu’ yang apabila digabungkan dengan Mubtada’ akan menjadi Jumlah Mufidah (kalimat yang jelas).

Contoh :

Jeruk itu manis  اَلْبُرْتُقَِالُ حُلْوٌ

Mubtada’ : jeruk

Khobar : manis

Lapangan itu luas اَلْمَيْدَانُ وَاسِعٌ

Mubtada’ : lapangan

Khobar : luas

Penggaris itu panjang اَلْمِسْطَرَةُ طَوِيْلَةٌ

Mubtada’ : penggaris

Khobar : panjang

Kamar itu bersih اَلْحُجْرَةُ نَظِيْفَةٌ

Mubtada’ : kamar

Khobar : bersih

 

Contoh I’ROB :

Gambar itu bagus                                           جَمِيْلَةٌ الصُّوْرَةُ

 مُبْتَدَاٌ مَرْفُوْعٌ = الصُّوْرَةُ 

 خَبَرٌ مَرْفُوْعٌ = جَمِيْلَةٌ

V.               JUMLAH  FI’LIYYAH dan ISMIYYAH

Jumlah (kalimat) dibagi menjadi 2,  yaitu : Jumlah Fi’liyyah, dan Jumlah Ismiyyah.

 

1. Jumlah Fi’liyyah

Jumlah Fi’liyyah adalah setiap kalimat yang tersusun dari fi’il (kata kerja) dan fa’il (subjek).

Contoh:

Kilat itu bersinar                                 لَمَعَ الْبَرْقُ

Bayi itu menangis                               بَكَى الصَّبِيُّ

Cucilah piring itu !                              !اِغْسِلِ الصَّحْنَ

Letakanlah buku itu !                          !ضَعِ الْكِتَابَ

2. Jumlah Ismiyyah

Jumlah Ismiyyah adalah setiap kalimat yang tersusun dari Mubtada’ dan Khobar.

Contoh :

Guru itu pintar                                    الأُسْتَاذُ مَاهِرٌ

Laut itu dalam                                     اَلْبَحْرُ عَمِيْقٌ

Desa itu jauh                                       اَلْقَرْيَةُ بَعِيْدَةٌ

Ruangan itu sempit                             اَلغُرْفَةُ ضَيِّقَةٌ

 

VI. NASHB, JAZM dan ROF’I FI’IL MUDHORI’

A. Nashb Fi’il Mudhori’

Fi’il Mudhori’ menjadi Manshub (berharokat Fathah) apabila didahului oleh empat  huruf Nashb yaitu :

{   أَنْ   لَنْ   إِذًا   كَيْ   }

Contoh :

Saya ingin mengendarai kereta api                 الْقِطَارَ أُرِيْدُ أَنْ أَرْكَبَ

Saya tidak akan pernah memukul kucing       لَنْ أَضْرِبَ الْقِطَّ

Kalau begitu kamu lulus ujian                         إِذًا تَنْجَحَ فِى الاِمْتِحَانِ

Saya membaca buku supaya tahu                   قَرَأْتُ كَيْ أَعْلَمَ

 

Contoh I’ROB :

Saya ingin sholat أُصَلِّيَ أَنْ أُرِيْدُ 

 فِعْلٌ مُضِارِعٌ مَرْفُوْعٌ = أُرِيْدُ 

                                                            حَرْفُ نَصْبٍ = أَنْ  

                                    :نْلٌ مُضَارِعٌ مَنْصُوْبٌ بِأ = أُصَلِّيَ

 

B. Jazm Fi’il Mudhori’

Fi’il Mudhori’ menjadi Majzum (berharokat Sukun) apabila didahului oleh huruf Jazm, yaitu : Lam, La Nahiyah, In, dll.

1. Lam

Huruf Lam digunakan untuk menjazmkan satu fi’il dan untuk meniadakan pekerjaan dimasa lampau atau telah berlalu.

Contoh :

Ali belum menghafal pelajarannya                   لَمْ يَحْفَظْ عَلِيٌّ دَرْسَهُ

2.      La Nahiyah

Hufuf  La Nahiyah digunakan untuk menjazmkan satu fi’il dan untuk melarang suatu pekerjaan.

Contoh :

Jangan makan ketika sholat !                              لاَ تَأْكُلْ عِنْدَ الصَّلاَةِ

 

 

 

 

3.      In

Hufur In digunakan untuk menjazmkan dua fi’il sedang fi’il yang pertama merupakan sarat dari terjadinya fi’il kedua.

Contoh :

Jika kamu membaca bukumu, kamu mengerti.         إِنْ تَقْرَأْ كِتَابَكَ تَفْهَمْ

 

Contoh I’ROB :

Muhammad belum pergi     لَمْ يَذْهَبْ مُحَمَّدٌ

                                                حَرْفُ نَفْيٍ وَ جَزْمٍ = لَمْ

                                    بِلَمْ فِعْلٌ مُضَارِعٌ مَجْزُوْمٌ = يَذْهَبْ  

            عفَاعِلٌ مَرْفُوْ = مُحَمَّدٌ  

 

C. Rof’i Fi’il Mudhori’

Fi’il Mudhori’ menjadi Rof’i (berharokat Dhommah) apabila tidak didahului oleh huruf huruf Nashb atau huruf huruf Jazm.

Contoh :

Hujan itu turun                                    يَنْزِلُ الْمَطَرُ

Muhammad sedang bermain bola       يَلْعَبُ مُحَمَّدٌ اَلْكُرَةَ

 

Contoh I’ROB :

Anak perempuan itu sedang duduk  تَجْلِسُ الْبِنْتُ

   فِعْلٌ مُضَارِعٌ مَرْفُوْعٌ = تَجْلِسُ  

                                                                         عٌ فَاعِلٌ مَرْفُوْ =   لبِنْتُا

 

VI.            AKHWATU KAANA

Yang dimaksud dengan Akhwatu Kana adalah Kana dan fi’il lainnya yang sejenis seperti :

{  كَانَ  صَارَ  لَيْسَ  أَصْبَحَ  أَمْسَى  أَضْحَى  ظَلَّ  بَاتَ  }

Semua fi’il diatas bisa dipakai menjadi fi’il Madhi, Mudhori’ atau Amr kecuali “Laisa” yang tidak bisa dijadikan Mudhori’ atau Amr.

Ketika Akhwatu Kana digabung dengan Jumlah Ismiyyah, maka Mubtada’nya tetap Marfu’ dan dinamakan Ismu Kana sedangkan Khobarnya menjadi Manshub dan dinamakan Khobar Kana.

Contoh :

Rumah itu menjadi bersih                                           كَانَ اَلْبَيْتُ نَظِيْفًا

Baju itu menjadi pendek                                             بُ قَصِيْرًاصَارَ الثَّوْ

Pekerja itu tidaklah / bukanlah rajin                            لَيْسَ الْعَامِلُ نَشِيْطًا

Udara menjadi dingin ketika pagi                               أَصْبَحَ الْهَوَاءُ بَارِدًا

Pasar menjadi ramai ketika waktu Dhuha                   أَضْحَى السُّوْقُ مُزْدَحِمًا

Hujan menjadi deras ketika sore                                 ظَلَّ الْمَطَرُ غَزِيْرًا

Lapangan menjadi kosong ketika malam                    باَتَ الْمَيْدَانُ فَارِغًا

 

Contoh I’rob :

Pintu itu menjadi terbuka صَارَ الْبَابُ مَفْتُوْحًا

                                                فِعْلٌ مَاضٍ = صَارَ 

                                    إِسْمٌ صَارَ مَرْفُوْعٌ = البَابُ 

                        خَبَرُ صَارَ مَنْصُوْبٌ = مَفْتُوْحًا 

 

 

Pintu itu menjadi terbuka يَصِيْرُ الْبَابُ مَفْتُوْحًا

                                    فِعْلٌ مُضَارِعٌ مَرْفُوْعٌ = يَصِيْرُ 

                                   إِسْمٌ يَصيْرُ مَرْفُوْعٌ = البَابُ 

                        خَبَرُ يَصِيْرُ مَنْصُوْبٌ = مَفْتُوْحًا 

 

 

VII.        AKHWATU INNA

Yang dimaksud dengan Akhwatu Inna adalah Inna dan Harfun lainnya yang sejenis seperti :

{  إِنَّ  أَنَّ  كَأَنَّ  لَكِنَّ  لَيْتَ  لَعَلَّ }

Ketika Akhwatu Inna digabung dengan Jumlah Ismiyyah, maka Mubtada’nya menjadi Manshub dan dinamakan Ismu Inna sedangkan Khobarnya tetap Marfu’ dan dinamakan Khobar Inna.

 

Penjelasan Akhwatu Inna :

1.      Inna (untuk penekanan)

Contoh :

Sesungguhnya gunung itu besar          إِنَّ الْجَبَلَ كَبِيْرٌ

2.      Anna (untuk penekanan)

Contoh :

Saya tahu bahwa salju itu dingin          عَرَفْتُ أَنَّ الثَّلْجَ بَارِدٌ

3.      Ka’anna (untuk penyerupaan)

Contoh :

Bulan itu seakan akan seperti lampu     كَأَنَّ الْقَمَرَ مَصْبَاحٌ

 

4.      Lakinna (untuk minta pengertian pendengar supaya tidak salah pengertian)

Contoh :

Baju itu baru tetapi celana itu lama      اَللِّبَاسُ جَدِيْدٌ لَكِنَّ السِّرْوَالَ قَدِيْمٌ

5.      Laita (untuk pengharapan sesuatu yang tak mungkin)

Contoh :

Semoga saja bulan terbit                     لَيْتَ الْقَمَرَ طَالِعٌ

6.      La’alla (untuk pengharapan sesuatu yang mungkin)

Contoh :

Mudah mudahan buku itu murah                    لَعَلَّ الْكِتَابَ رَخِيْصٌ

 

Contoh I’ROB :

(Sesungguhnya laut itu dalam) إِنَّ الْبَحْرَ عَمِيْقٌ

     حَرْفُ التَّأْكِيْدِ            =   إِنَّ

      إِسْمُ إِنَّ مَنْصُوْبٌ        =  البَحْرَ

     خَبَرُ إِنَّ مَرْفُوْعٌ          =    عَمِيْقٌ 

VIII.      HARFU JARR

Sebuah isim akan menjadi Majrur (berharokat Kasroh) apabila didahului oleh Huruf Jarr yaitu :

{  مِنْ  إِلَى  عَنْ  عَلَى  فِى  ب  ل  }

 

1.      Min (dari)

Contoh :

(Mahasiswa itu kembali dari kelas)      رَجَعَ التِّلْمِيْذُ مِنَ الْفَصْلِ

 

2.      Ila (ke)

Contoh :

(Ayah pergi ke kantor)             ذَهَبَ اْلأَبُ إِلَى الدِّيْوَانِ

3.       ‘An (tentang)

Contoh :

(Saya berbicara tentang pelajaran)      تَكَلَّمْتُ عَنِ الدَّرْسِ

4.      ‘Ala (diatas)

Contoh :

(Anak kecil itu berdiri diatas lantai)   يَقُوْمُ الطِّفْلُ عَلَى الْبِلاَطِ

5.      Fi (didalam)

Contoh :

(Muhammad membaca Al-qur’an di masjid)  يَقْرَأُ مُحَمَّدٌ اَلْقُرْآنَ فِى الْمَسْجِدِ

6.      Bi (dengan)

Contoh :

(Anak laki laki itu memukul anjing dengan besi)        يَضْرِبُ الْوَلَدُ الْكَلْبَ بِالْحَدِيْدِ

7.      Li (untuk)

Contoh :

(Saya membeli air untuk diminum)     اِشْتَرَيْتُ الْمَاءَ لِلشُّرْبِ

 

Contoh I’ROB :

(Ibu sedang pergi ke pasar )    السُّوْقِ إِلَى  الأُمُّ تَذْهَبُ 

 فِعْلٌ مُضَارِعٌ مَرْفُوْعٌ = تَذْهَبُ  

                                                                        فَاعِلٌ مَرْفُوْعٌ = الأُمُّ

                                                                        حَرْفُ جَرٍّ  = إِلَى

                                                            سْمٌ مَجْرُوْرٌ بِإِلَى = السُّوْقِ 



IX.            ANWA’UL BINA’ dan ANWA’UL I’ROB

A.    Anwa’ul Bina’

Hal hal yang memastikan akhir kata menjadi Mabny atau yang disebut Anwa’ul Bina’ ada  empat, yaitu : Sukun, Fathah, Dhommah, dan Kasroh.

Kata kata yang dipastikan akhir katanya menjadi sukun, fathah, dhommah, atau kasroh disebut Mabniyyun ala sukun, fathah, dhommah, atau kasroh.

Contoh Mabniyyun Alas Sukun :

Berapa pakaian yang kamu beli ?        ثَوْبًا إِشْتَرَيْتَ ؟ كَمْ

                        (kata “kam” harokatnya tetap sukun)

 

Contoh Mabniyyun Alal Fathah :

Apakah anak laki laki itu sudah pulang ?       الْوَلَدُ ؟ رَجَعَ هَلْ

                        (kata “roja’a” harokatnya tetap fathah)

 

Contoh Mabniyyun Alad Dhommah :

Pergilah ketempat dimanapun kamu suka !    !شِئْتَ حَيْثُ اِذْهَبْ إِلَى

                        (kata “haitsu” harokatnya tetap dhommah)

 

 

 

 Contoh Mabniyyun Alal Kasroh :

Saya kemarin pergi ke kota     إِلَى الْمَدِيْنَةَ أَمْسِ سَافَرْتُ

                        (kata “amsi” harokatnya tetap kasroh)

 

B. Anwa’ul I’rob

Hal hal yang memastikan akhir kata menjadi Mu’rob atau yang disebut Anwa’ul Mu’rob ada empat yaitu : Rof’i, Nashb, Jarr, dan Jazm.

Tanda tanda I’rob yang asli ada empat yaitu : Dhommah, Fathah, Kasroh, dan Sukun. Rof’i dan Nashb bisa dipakai untuk Fi’il dan Ism, Jarr hanya dipakai untuk Ism, Jazm hanya dipakai untuk Fi’il.

Contoh yang Rof’i :

Bayi itu cakep             اَلصَّبِيُّ جَمِيْلٌ

                        (kata “shobiyyu” berharokat Dhommah)

 

Bayi itu sedang tertawa          يَضْحَكُ الصَّبِيُّ

                        (kata “yadhhaku berharokat Dhommah”)

 

Contoh yang Nashb :

Saya melihat bayi        الصَّبِيَّ رَأَيْتُ

                        (kata “shobiyya” berharokat fathah)

 

Bayi itu tidak akan menangis              الصَّبِيُّ يَبْكِيَ لَنْ

(kata “yabkiya” berharokat fathah)

 

 

Contoh yang Jarr :

Saya duduk disamping bayi                الصَّبِيِّ جَلَسْتُ جَانِبَ

                        (kata “shobiyyi” berharokat kasroh)

 

Contoh yang Jazm :

Bayi ini belum tertawa             بِيُّ يَضْحَكْ هَذَا الصَّ لَمْ

(kata “yadhhak berharokat sukun”)

 

Contoh I’ROB

Anak kecil itu tidur didalam kamar                يَنَامُ الطِّفْلُ فِى الْحُجْرَةِ

فِعْلٌ مُضَارِعٌ مَرِفُوْعٌ بِالضَّمَّةِ = يَنَامُ 

فَاعِلٌ مَرْفُوْعٌ بِالضَّمَّةِ = الطِّفْلُ

حَرْفُ جَرٍّ مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُوْنِ = فِيْ 

                                                            إِسْمٌ مَجْرُوْرٌ بِفِى وَ عَلاَمَةُ جَرِّهِ اَلْكَسْرَةُ = الحُجْرَة




X.               AHWALU BINA’  FI’IL MADHY
Bina’ Fi’il Madhy mempunyai beberapa Ahwal (keadaan) :

1. Mabniyyun ‘Alas Sukun

Fi’il Madhy dikatakan Mabniyyun ‘Alas Sukun apabila tersambung dengan :

a.      Ta’ Mutaharrikah

 

Contoh :

Saya membuka jendela                       فَتَحْتُ النَّافِذَةَ

Kamu benar didalam ucapanmu                     صَدَقْتَ فِى كَلاَمِكَ

 

b. Nun Niswah

Contoh :

Anak anak perempuan belajar pelajaran          اَلْبَنَاتُ تَعَلَّمْنَ الدَّرْسَ

 

c. Na yang menunjukkan Fa’il

Contoh :

Kami keluar dari kelas            خَرَجْنَا مِنَ الْفَصْلِ

 

2.      Mabniyyun ‘Alad Dhommi

Fi’il Madhy dikatakan Mabniyyun ‘Alad Dhommi apabila tersambung dengan Wawul Jama’ah.

Contoh :

Anak anak kecil pergi ke lapangan     اَ ْلأَطْفَالُ ذَهَبُوْا إِلَى الْمَيْدَانِ

 

3.      Mabniyyun ‘Alal Fathi

Fi’il Madhy dikatakan Mabniyyun ‘Alal Fathah apabila tidak tersambung dengan hal hal diatas.

Contoh :

Anak kecil itu tidur     نَامَ الصَّبِيُّ

 

Contoh I’ROB

Kita bermain bola لَعِبْنَا الْكُرَةَ

                                    فِعْلٌ مَاضٍى مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُوْنِ وَ ” نَا ” فَاعِلٌ مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُوْنِ = لَعِبْنَا

                                                                                    مَفْعُوْلٌ بِهِ مَنْصُوْبٌ بِالْفَتْحَةِ = الكُرَةَ 




XI.              AHWALU BINA’ FI’IL AMR

Bina’ Fi’il Amr mempunyai beberapa Ahwal (keadaan) :

1. Mabniyyun ‘Alas Sukun

Fi’il Amr dikatakan Mabniyyun ‘Alas Sukun apabila dia :

a. Shohih Akhir yang tidak tersambung dengan apapun.

Contoh :

Bersihkanlah lantai rumah !    نَظِّفْ بِلاَطَ الْبَيْتِ

b. Tersambung dengan Nun Niswah.

Contoh :

Bangunlah dari tidur !             اِسْتَيْقِظْنَ مِنَ النَّوْمِ

2. Mabniyyun ‘Alal Fathi

Fi’il Amr dikatakan Mabniyyun ‘Alal Fathi apabila dia tersambung dengan Nun Taukid.

Contoh :

Masuklah kedalam taman !     اُدْخُلَنَّ إِلَى الْبُسْتَانِ

 

 

3.  Mabniyyun ‘Ala Hadzfi Harfil ‘Illah (menghapus huruf Illah)

Fi’il Amr dikatakan Mabniyyun ‘Ala Hadzfi Harfil ‘Illah apabila dia adalah Mu’tall Akhir.

Contoh :

Panggillah saudaramu !           اُدْعُ أَخُوْكَ

Takutlah terhadap Tuhanmu !             اِخْشَ رَبَّكَ

 

4. Mabniyyun ‘Ala Hadzfin Nun (menghapus huruf Nun)

Fi’il Amr dikatakan Mabniyyun ‘Ala Hadzfin Nun apabila dia tersambung dengan

a. Alif Itsnain

Contoh :

Bukalah pintu kamar !             اِفْتَحَا بَابَ الْحُجْرَةِ

b. Wau Jama’ah

Contoh :

Bawalah buku buku kalian !   اِلُوْا كُتُبَكُمْاِحْمِلُ

c. Ya’ Mukhothobah

Contoh :

Duduklah diatas kursi !           اِجْلِسِى عَلَى الْكُرْسِيِّ

 

Contoh I’ROB

Panggilah ustadz ! اُدْعُ اْلأُسْتَاذَ !  

                                    فِعْل أَمْر مَبْنِيُّ عَلَى حَذْفِ الْوَاوِ =  اُدْعُ

                                    مَفْعُوْلٌ بِهِ مَنْصُوْبٌ بِالْفَتْحَةِ = الأُسْتَاذَ 

XII.           AHWAL BINA’ FI’IL MUDHORI’

Bina’ Fi’il Mudhori’ mempunyai beberapa Ahwal (keadaan) :

1. Mabniyyun ‘Alal Fathi

Fi’il Mudhori’ dikatakan Mabniyyun ‘Alal Fathi apabila dia tersambung dengan Nun Taukid.

Contoh :

َ                                    Sungguh kudengarkan nasehat           لأَسْتَمِعَنَّ النَّصِيْحَةَ

2. Mabniyyun ‘Alas Sukun

Fi’il Mudhori’ dikatakan Mabniyyun ‘Alas Sukun apabila dia tersambung dengan Nun Niswah.

Contoh :

Murid murid perempuan mendengarkan nasehat        اَلطَّالِبَاتُ يَسْتَمِعْنَ النَّصِيْحَةَ

 

Contoh I’ROB

Janganlah menyakiti hewan !              !لاَ تُعَذِّبَنَّ الْحَيَوَانَ

                                                            ناهية حَرْفٌ مَبْنِيُّ عَلَى السُّكُوْنِ = لاَ 

     فِعْلٌ أَمْر مَبْنِيُّ عَلَى الْفَتْحِ لاِتِّصَالِهِ بِنُوْنِ التَّوْكِيْدِ فِى مَحَلِّ جَزْمٍ بِلاَالنَّاهيَة = تُعَذِّبَنَّ 

                                                            مَفْعُوْلٌ بِهِ مَنْصُوْبٌ بِالْفَتْحَةِ =  الحَيَوِانَ 



 

0 komentar :