MAKALAH
TENTANG
TENTANG
KAIDAH-KAIDAH DALAM BAHASA ARAB
Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah atu tugas mata kuliah Bahasa Arab
NAMA : HABIB RUSMAN
NIM : 1210302067
NAMA DOSEN : Drs. ATENG RUHENDI, M.Pd.
FAIZAL PIKRI, SS, M.Ag.
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
I. JUMLAH MUFIDAH
Susunan kata atau kalimat yang bemberikan suatu faidah (kegunaan) yang sempurna disebut sebagai Jumlah Mufidah (kalimat yang berguna) atau disebut juga Kalam (perkataan).
Maksudnya Jumlah Mufidah adalah susunan kata atau kalimat yang dapat memberikan pemahaman dan dapat dimengerti oleh orang yang melihat atau mendengarnya. Jumlah Mufidah bisa terdiri dari dua kalimat dan juga bisa lebih dari itu.
Contoh :
Rumah itu besar اَلْبَيْتُ كَبِيْرٌ
Muhammad sedang makan nasi أَكَلَ مُحَمَّدٌ اَلرُّزَّ
Keterangan:
Semua kata yang ada di kalimat “rumah itu besar” jika digabungkan seperti itu akan dapat dimengerti oleh orang bahwa ada sebuah rumah yang besar. Tapi jika kalimat tersebut dipisah misalkan kata “rumah” saja, maka orang akan bingung apa maksudnya? dan ada apa dengan rumah tersebut? Begitu juga dengan contoh kalimat yang lainnya. Kalimat yang dapat dimengerti orang tersebut dinamakan Jumlah Mufidah.
II. KALIMAH
Kalimah adalah lafadz yang tersusun dari sebagian huruf hijaiyah. Kalimat terbagi menjadi tiga jenis, yaitu : Ismun, Fi’lun, Harfun.
1. ISMUN
Ismun yaitu setiap kata yang sama dengan nama orang, binatang, tumbuhan, Jamad (benda yang tak bernyawa), dan sebagainya.
Contoh:
Muhammad ( nama orang) مُحَمَّدٌ
Kuda (nama binatang) اَلْحِصَانُ
Pohon (nama tumbuhan) اَلشَّجَرَةُ
Kamar (jamad) اَلْحُجْرَةُ
1.A. Pembagian Isim
Isim terbagi kedalam tiga bagian, yaitu Isim Mufrad, Isim Mutsanaa, dan Isim Jama’.
1. Isim Mufrad
Isim Mufrad adalah kata yang menunjukan satu atau tunggal, baik untu mudzakkar maupun muannats.
Contoh :
Tilmiidun Seorang mahasiswa laki-laki
Tlmiidatun Seorang mahasiswa perempuan
2. Isim Mutsanna
Isim Mutsanna adalah kata yang menunujukan dua, baik untuk mudzakkar maupun muannats dengan cara menambahkan alif dan nun atau yaa dan nun diakhir kata.
Contoh :
Tilmidaini/Tilmidaani Dua orang mahasiswa laki-laki
Tilmidataini/Tilmidataani Dua orang mahasiswa perempuan
3. Isim Jama’
Isim Jama’ adalah kata yang menunjukan lebih dari satu, baik untuk mudzakkar maupun muannats. Isim Jama’ terbagi kedalam tiga jenis, yaitu : Jama’ Mudzakkar Salim, dan Jama’ Muannats Salim, Jama’ Taksiir.
a. Jama’ Mudzakkar Salim
Jama’ Mudzakkar Salim adalah Isim yang menunjukan lebih dari dua, untuk jenis mudzakkar(laki-laki) dengan cara menambahkan wa’u dan nun atau yaa dan nun diakhir kata dengan tidak merubah bentuk tunggalnya.
Contoh :
Al-muslimuuna/Al-muslimiina Orang-orang muslim laki-laki
b. Jama’ Muannats Salim
Jama’ Muannats Salim adalah Isim yang menunjukan lebih dari dua, untuk jenis muannats(perempuan)dengan cara menambahkan alif dan taa diujung kata tunggalnya.
Contoh :
Al-muslimaati Orang-orang muslim perempuan
c. Jama’ Taksir
Jama’ Taksir adalah Isim yang menunjukan lebih dari dua, baik mudzakkar(laki-laki), maupun muannats(perempuan)dengan merubah bentuk tunggalnya (secara tidak beraturan).
Contoh :
Kutubun Beberapa buku
Aqlaamun Beberapa pulpen
1.B. Pembagian Isim berdasarkan jenisnya
Isim berdasarkan jenisnya terbagi kedalam dua macam, yaitu : mudzakar, dan muannats.
· Mudzakar adalah kata benda yang boleh diikuti dengan kata petunjuk hadza, dan dzalika untuk jenis yang sama.
Contoh :
Hadza kitaabun ini buku
Dzalika qalamun itu pulpen
· Muannats adalah kata yang boleh jika dikuti dengan kata petunjuk hadzihi, dan tilka untuk jenis yang sama.
Contoh :
Hadzihi tilmiidatun ini mahasiswa perempuan
Tilka syabbuuratun itu papantulis
Muannast terbagi kedalam dua bagian, yaitu : Muannats Lafdiyyu, dan Muannats Ma’nawii.
1. Muannast Lafdiyyu
Muannats Lafdiyyu(muannats secara lafadz) adalah kata benda yang memiliki cirri-ciri perempuan/betina. Untuk benda yang menunjukan perempuan.
Contoh :
Thallaastun Penghapus papantulis
2. Muannats Ma’nawii
Muannats Ma’nawii (muannats secara ma’na) adalah kata benda perempuan/betina yang tidak memiliki cirri-ciri Muannats.
Contoh :
Salmaa Salma ( nama seorang perempuan )
2. FI’IL
Fi’il (kata kerja) adalah kata yang menunjukan pekerjaan yang terjadi pada waktu-waktu tertentu. Fi’il (kata kerja) jika dilihat dari segi waktu dilakukannya pekerjaan tersebut (zaman) dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Fi’al Madhi, Fi’il Mudhari, Fi’il Amr.
1. Fi’il Madhi
Fi’il Madhi adalah fi’il (kata kerja ) yang artinya menunjukan pekerjaan yang telah lampau atau telah berlalu sebelum pembicaraan.
Contoh :
Lelaki itu telah dating جَاءَ الرَّجُلُ
Anak perempuan itu telah tidur نَامَتِ الْبِنْتُ
Kucing itu telah berlari جَرَى الْقِطُّ
2. Fi’il Mudhori’
Fi’il Mudhari’ yaitu fi’il (kata kerja) yang terjadi pada masa sekarang atau yang akan datang. Dan kata kerja tersebut haruslah didahului oleh salah satu Huruf Mudhori’ yaitu :
{ ء ن ي ت }
Contoh :
Saya sedang membuka pintu فْتَحُ الْبَابَ
Kami sedang pergi ke sekolah نَذْهَبُ إِلَى الْمَدْرَسَةِ
Perempuan itu sedang nangis تَبْكِى الْمَرْأَةُ
3. Fi’il Amr
Fi’il Amr adalah fi’il (kata kerja ) yang menutut untuk mengerjakan sesuatu setelah masa berbicara ( kata perintah ).
Contoh :
Tutuplah pintu itu اَقْفِلِ الْبَابَ
Ambillah pulpenmu خُذِ الْقَلاَمَ
3. HARFUN
Harfun adalah setiap kata yang arti atau maksudnya tidak bisa dipahami secara jelas kecuali jika digabungkan dengan kata yang lain.
Contoh :
Apakah هَلْ
Di/didalam فِى
Diatas عَلَى
Contoh Jumlah Mufidah yang lain :
Anak laki-laki itu berdiri diatas lantai قَامَ اْلوَلَدُ عَلَى الْبِلاَطِ
Qaama (berdiri) : Fi’lun
Alwaladu (anak laki laki) : Ismun
‘alaa (diatas) : harfun
Albilaati (lantai) : Ismun
III. FA’IL DAN MAF’UL BIH
Keterangan :
Marfu’ مَرْفُوْعٌ : berharakat Dhomah
Mansub مَنْصُوْبٌ : berharakat Fathah
Majrur مَجْرُوْرٌ : berharokat Kasroh
Majzum مَجْزُوْمٌ : berharakat Sukun
A. Fa’il (Subjek)
Fa’il Adalah Ismun yang Marfu’ (berharokat Dhommah) yang menunjukkan siapa/apa yang melakukan suatu pekerjaan. Dan fa’il ini didahului oleh fi’il.
Contoh :
Petani itu sedang berjalan يَمْشِى الْفَلاَّحُ
Guru itu telah kembali عَادَ اْلأُسْتَاذُ
Mobil itu berhenti تَقِفُ السَّيَّارَةُ
B. Maf’ul Bih (Objek)
Maf’ul Bih adalah Ismun yang Manshub (berharokat Fathah) yang menunjukkan apa yang dikerjakan oleh pelaku.
Contoh :
At-tilmiidzu yuqfilu al-baaba Murid menutup pintu
Al-himaaru ya’kulu as-syu’ba Keledai itu memakan rumput
Thobahati al-ummu at-tha’aama Ibu memasak makanan
C. Perbandingan antara Fa’il dan Maf’ul Bih :
1. Setiap Fa’il dan Maf’ul adalah sama sama Ismun (nama).
2. Fa’il adalah yang megerjakan suatu pekerjaan.
3. Maf’ul Bih adalah yang dikerjakan dalam pekerjaan tersebut.
4. Fa’il huruf akhirnya adalah Marfu’ (berharokat Dhommah).
5. Maf’ul Bih huruf akhirnya adalah Manshub (berharokat Fathah).
D. Contoh I’rab
Anak laki-laki itu sedang melihat gunung يَنْظُرُ الْوَلَدُ الْجَبَلَ
فِعْلٌ مُضَارِعٌ = يَنْظُر
فَاعِلٌ مَرْفُوْعٌ = اَلْوَلَدُ
مَفْعُوْلٌ بِهِ مَنْصُوْبٌ = الجَبَلَ
IV. MUBTADA’ WA KHOBAR
A. Mubtada’
Mubtada’ adalah Ismun (nama) yang Marfu’ (berharokat Dhommah) diawal kalimat.
B. Khobar
Khobar adalah Ismun yang Marfu’ yang apabila digabungkan dengan Mubtada’ akan menjadi Jumlah Mufidah (kalimat yang jelas).
Contoh :
Jeruk itu manis اَلْبُرْتُقَِالُ حُلْوٌ
Mubtada’ : jeruk
Khobar : manis
Lapangan itu luas اَلْمَيْدَانُ وَاسِعٌ
Mubtada’ : lapangan
Khobar : luas
Penggaris itu panjang اَلْمِسْطَرَةُ طَوِيْلَةٌ
Mubtada’ : penggaris
Khobar : panjang
Kamar itu bersih اَلْحُجْرَةُ نَظِيْفَةٌ
Mubtada’ : kamar
Khobar : bersih
Contoh I’ROB :
Gambar itu bagus جَمِيْلَةٌ الصُّوْرَةُ
مُبْتَدَاٌ مَرْفُوْعٌ = الصُّوْرَةُ
خَبَرٌ مَرْفُوْعٌ = جَمِيْلَةٌ
V. JUMLAH FI’LIYYAH dan ISMIYYAH
Jumlah (kalimat) dibagi menjadi 2, yaitu : Jumlah Fi’liyyah, dan Jumlah Ismiyyah.
1. Jumlah Fi’liyyah
Jumlah Fi’liyyah adalah setiap kalimat yang tersusun dari fi’il (kata kerja) dan fa’il (subjek).
Contoh:
Kilat itu bersinar لَمَعَ الْبَرْقُ
Bayi itu menangis بَكَى الصَّبِيُّ
Cucilah piring itu ! !اِغْسِلِ الصَّحْنَ
Letakanlah buku itu ! !ضَعِ الْكِتَابَ
2. Jumlah Ismiyyah
Jumlah Ismiyyah adalah setiap kalimat yang tersusun dari Mubtada’ dan Khobar.
Contoh :
Guru itu pintar الأُسْتَاذُ مَاهِرٌ
Laut itu dalam اَلْبَحْرُ عَمِيْقٌ
Desa itu jauh اَلْقَرْيَةُ بَعِيْدَةٌ
Ruangan itu sempit اَلغُرْفَةُ ضَيِّقَةٌ
VI. NASHB, JAZM dan ROF’I FI’IL MUDHORI’
A. Nashb Fi’il Mudhori’
Fi’il Mudhori’ menjadi Manshub (berharokat Fathah) apabila didahului oleh empat huruf Nashb yaitu :
{ أَنْ لَنْ إِذًا كَيْ }
Contoh :
Saya ingin mengendarai kereta api الْقِطَارَ أُرِيْدُ أَنْ أَرْكَبَ
Saya tidak akan pernah memukul kucing لَنْ أَضْرِبَ الْقِطَّ
Kalau begitu kamu lulus ujian إِذًا تَنْجَحَ فِى الاِمْتِحَانِ
Saya membaca buku supaya tahu قَرَأْتُ كَيْ أَعْلَمَ
Contoh I’ROB :
Saya ingin sholat أُصَلِّيَ أَنْ أُرِيْدُ
فِعْلٌ مُضِارِعٌ مَرْفُوْعٌ = أُرِيْدُ
حَرْفُ نَصْبٍ = أَنْ
:نْلٌ مُضَارِعٌ مَنْصُوْبٌ بِأ = أُصَلِّيَ
B. Jazm Fi’il Mudhori’
Fi’il Mudhori’ menjadi Majzum (berharokat Sukun) apabila didahului oleh huruf Jazm, yaitu : Lam, La Nahiyah, In, dll.
1. Lam
Huruf Lam digunakan untuk menjazmkan satu fi’il dan untuk meniadakan pekerjaan dimasa lampau atau telah berlalu.
Contoh :
Ali belum menghafal pelajarannya لَمْ يَحْفَظْ عَلِيٌّ دَرْسَهُ
2. La Nahiyah
Hufuf La Nahiyah digunakan untuk menjazmkan satu fi’il dan untuk melarang suatu pekerjaan.
Contoh :
Jangan makan ketika sholat ! لاَ تَأْكُلْ عِنْدَ الصَّلاَةِ
3. In
Hufur In digunakan untuk menjazmkan dua fi’il sedang fi’il yang pertama merupakan sarat dari terjadinya fi’il kedua.
Contoh :
Jika kamu membaca bukumu, kamu mengerti. إِنْ تَقْرَأْ كِتَابَكَ تَفْهَمْ
Contoh I’ROB :
Muhammad belum pergi لَمْ يَذْهَبْ مُحَمَّدٌ
حَرْفُ نَفْيٍ وَ جَزْمٍ = لَمْ
بِلَمْ فِعْلٌ مُضَارِعٌ مَجْزُوْمٌ = يَذْهَبْ
عفَاعِلٌ مَرْفُوْ = مُحَمَّدٌ
C. Rof’i Fi’il Mudhori’
Fi’il Mudhori’ menjadi Rof’i (berharokat Dhommah) apabila tidak didahului oleh huruf huruf Nashb atau huruf huruf Jazm.
Contoh :
Hujan itu turun يَنْزِلُ الْمَطَرُ
Muhammad sedang bermain bola يَلْعَبُ مُحَمَّدٌ اَلْكُرَةَ
Contoh I’ROB :
Anak perempuan itu sedang duduk تَجْلِسُ الْبِنْتُ
فِعْلٌ مُضَارِعٌ مَرْفُوْعٌ = تَجْلِسُ
عٌ فَاعِلٌ مَرْفُوْ = لبِنْتُا
VI. AKHWATU KAANA
Yang dimaksud dengan Akhwatu Kana adalah Kana dan fi’il lainnya yang sejenis seperti :
{ كَانَ صَارَ لَيْسَ أَصْبَحَ أَمْسَى أَضْحَى ظَلَّ بَاتَ }
Semua fi’il diatas bisa dipakai menjadi fi’il Madhi, Mudhori’ atau Amr kecuali “Laisa” yang tidak bisa dijadikan Mudhori’ atau Amr.
Ketika Akhwatu Kana digabung dengan Jumlah Ismiyyah, maka Mubtada’nya tetap Marfu’ dan dinamakan Ismu Kana sedangkan Khobarnya menjadi Manshub dan dinamakan Khobar Kana.
Contoh :
Rumah itu menjadi bersih كَانَ اَلْبَيْتُ نَظِيْفًا
Baju itu menjadi pendek بُ قَصِيْرًاصَارَ الثَّوْ
Pekerja itu tidaklah / bukanlah rajin لَيْسَ الْعَامِلُ نَشِيْطًا
Udara menjadi dingin ketika pagi أَصْبَحَ الْهَوَاءُ بَارِدًا
Pasar menjadi ramai ketika waktu Dhuha أَضْحَى السُّوْقُ مُزْدَحِمًا
Hujan menjadi deras ketika sore ظَلَّ الْمَطَرُ غَزِيْرًا
Lapangan menjadi kosong ketika malam باَتَ الْمَيْدَانُ فَارِغًا
Contoh I’rob :
Pintu itu menjadi terbuka صَارَ الْبَابُ مَفْتُوْحًا
فِعْلٌ مَاضٍ = صَارَ
إِسْمٌ صَارَ مَرْفُوْعٌ = البَابُ
خَبَرُ صَارَ مَنْصُوْبٌ = مَفْتُوْحًا
Pintu itu menjadi terbuka يَصِيْرُ الْبَابُ مَفْتُوْحًا
فِعْلٌ مُضَارِعٌ مَرْفُوْعٌ = يَصِيْرُ
إِسْمٌ يَصيْرُ مَرْفُوْعٌ = البَابُ
خَبَرُ يَصِيْرُ مَنْصُوْبٌ = مَفْتُوْحًا
VII. AKHWATU INNA
Yang dimaksud dengan Akhwatu Inna adalah Inna dan Harfun lainnya yang sejenis seperti :
{ إِنَّ أَنَّ كَأَنَّ لَكِنَّ لَيْتَ لَعَلَّ }
Ketika Akhwatu Inna digabung dengan Jumlah Ismiyyah, maka Mubtada’nya menjadi Manshub dan dinamakan Ismu Inna sedangkan Khobarnya tetap Marfu’ dan dinamakan Khobar Inna.
Penjelasan Akhwatu Inna :
1. Inna (untuk penekanan)
Contoh :
Sesungguhnya gunung itu besar إِنَّ الْجَبَلَ كَبِيْرٌ
2. Anna (untuk penekanan)
Contoh :
Saya tahu bahwa salju itu dingin عَرَفْتُ أَنَّ الثَّلْجَ بَارِدٌ
3. Ka’anna (untuk penyerupaan)
Contoh :
Bulan itu seakan akan seperti lampu كَأَنَّ الْقَمَرَ مَصْبَاحٌ
4. Lakinna (untuk minta pengertian pendengar supaya tidak salah pengertian)
Contoh :
Baju itu baru tetapi celana itu lama اَللِّبَاسُ جَدِيْدٌ لَكِنَّ السِّرْوَالَ قَدِيْمٌ
5. Laita (untuk pengharapan sesuatu yang tak mungkin)
Contoh :
Semoga saja bulan terbit لَيْتَ الْقَمَرَ طَالِعٌ
6. La’alla (untuk pengharapan sesuatu yang mungkin)
Contoh :
Mudah mudahan buku itu murah لَعَلَّ الْكِتَابَ رَخِيْصٌ
Contoh I’ROB :
(Sesungguhnya laut itu dalam) إِنَّ الْبَحْرَ عَمِيْقٌ
حَرْفُ التَّأْكِيْدِ = إِنَّ
إِسْمُ إِنَّ مَنْصُوْبٌ = البَحْرَ
خَبَرُ إِنَّ مَرْفُوْعٌ = عَمِيْقٌ
VIII. HARFU JARR
Sebuah isim akan menjadi Majrur (berharokat Kasroh) apabila didahului oleh Huruf Jarr yaitu :
{ مِنْ إِلَى عَنْ عَلَى فِى ب ل }
1. Min (dari)
Contoh :
(Mahasiswa itu kembali dari kelas) رَجَعَ التِّلْمِيْذُ مِنَ الْفَصْلِ
2. Ila (ke)
Contoh :
(Ayah pergi ke kantor) ذَهَبَ اْلأَبُ إِلَى الدِّيْوَانِ
3. ‘An (tentang)
Contoh :
(Saya berbicara tentang pelajaran) تَكَلَّمْتُ عَنِ الدَّرْسِ
4. ‘Ala (diatas)
Contoh :
(Anak kecil itu berdiri diatas lantai) يَقُوْمُ الطِّفْلُ عَلَى الْبِلاَطِ
5. Fi (didalam)
Contoh :
(Muhammad membaca Al-qur’an di masjid) يَقْرَأُ مُحَمَّدٌ اَلْقُرْآنَ فِى الْمَسْجِدِ
6. Bi (dengan)
Contoh :
(Anak laki laki itu memukul anjing dengan besi) يَضْرِبُ الْوَلَدُ الْكَلْبَ بِالْحَدِيْدِ
7. Li (untuk)
Contoh :
(Saya membeli air untuk diminum) اِشْتَرَيْتُ الْمَاءَ لِلشُّرْبِ
Contoh I’ROB :
(Ibu sedang pergi ke pasar ) السُّوْقِ إِلَى الأُمُّ تَذْهَبُ
فِعْلٌ مُضَارِعٌ مَرْفُوْعٌ = تَذْهَبُ
فَاعِلٌ مَرْفُوْعٌ = الأُمُّ
حَرْفُ جَرٍّ = إِلَى
سْمٌ مَجْرُوْرٌ بِإِلَى = السُّوْقِ
IX. ANWA’UL BINA’ dan ANWA’UL I’ROB
A. Anwa’ul Bina’
Hal hal yang memastikan akhir kata menjadi Mabny atau yang disebut Anwa’ul Bina’ ada empat, yaitu : Sukun, Fathah, Dhommah, dan Kasroh.
Kata kata yang dipastikan akhir katanya menjadi sukun, fathah, dhommah, atau kasroh disebut Mabniyyun ala sukun, fathah, dhommah, atau kasroh.
Contoh Mabniyyun Alas Sukun :
Berapa pakaian yang kamu beli ? ثَوْبًا إِشْتَرَيْتَ ؟ كَمْ
(kata “kam” harokatnya tetap sukun)
Contoh Mabniyyun Alal Fathah :
Apakah anak laki laki itu sudah pulang ? الْوَلَدُ ؟ رَجَعَ هَلْ
(kata “roja’a” harokatnya tetap fathah)
Contoh Mabniyyun Alad Dhommah :
Pergilah ketempat dimanapun kamu suka ! !شِئْتَ حَيْثُ اِذْهَبْ إِلَى
(kata “haitsu” harokatnya tetap dhommah)
Contoh Mabniyyun Alal Kasroh :
Saya kemarin pergi ke kota إِلَى الْمَدِيْنَةَ أَمْسِ سَافَرْتُ
(kata “amsi” harokatnya tetap kasroh)
B. Anwa’ul I’rob
Hal hal yang memastikan akhir kata menjadi Mu’rob atau yang disebut Anwa’ul Mu’rob ada empat yaitu : Rof’i, Nashb, Jarr, dan Jazm.
Tanda tanda I’rob yang asli ada empat yaitu : Dhommah, Fathah, Kasroh, dan Sukun. Rof’i dan Nashb bisa dipakai untuk Fi’il dan Ism, Jarr hanya dipakai untuk Ism, Jazm hanya dipakai untuk Fi’il.
Contoh yang Rof’i :
Bayi itu cakep اَلصَّبِيُّ جَمِيْلٌ
(kata “shobiyyu” berharokat Dhommah)
Bayi itu sedang tertawa يَضْحَكُ الصَّبِيُّ
(kata “yadhhaku berharokat Dhommah”)
Contoh yang Nashb :
Saya melihat bayi الصَّبِيَّ رَأَيْتُ
(kata “shobiyya” berharokat fathah)
Bayi itu tidak akan menangis الصَّبِيُّ يَبْكِيَ لَنْ
(kata “yabkiya” berharokat fathah)
Contoh yang Jarr :
Saya duduk disamping bayi الصَّبِيِّ جَلَسْتُ جَانِبَ
(kata “shobiyyi” berharokat kasroh)
Contoh yang Jazm :
Bayi ini belum tertawa بِيُّ يَضْحَكْ هَذَا الصَّ لَمْ
(kata “yadhhak berharokat sukun”)
Contoh I’ROB
Anak kecil itu tidur didalam kamar يَنَامُ الطِّفْلُ فِى الْحُجْرَةِ
فِعْلٌ مُضَارِعٌ مَرِفُوْعٌ بِالضَّمَّةِ = يَنَامُ
فَاعِلٌ مَرْفُوْعٌ بِالضَّمَّةِ = الطِّفْلُ
حَرْفُ جَرٍّ مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُوْنِ = فِيْ
إِسْمٌ مَجْرُوْرٌ بِفِى وَ عَلاَمَةُ جَرِّهِ اَلْكَسْرَةُ = الحُجْرَة
X. AHWALU BINA’ FI’IL MADHY
Bina’ Fi’il Madhy mempunyai beberapa Ahwal (keadaan) :
1. Mabniyyun ‘Alas Sukun
Fi’il Madhy dikatakan Mabniyyun ‘Alas Sukun apabila tersambung dengan :
a. Ta’ Mutaharrikah
Contoh :
Saya membuka jendela فَتَحْتُ النَّافِذَةَ
Kamu benar didalam ucapanmu صَدَقْتَ فِى كَلاَمِكَ
b. Nun Niswah
Contoh :
Anak anak perempuan belajar pelajaran اَلْبَنَاتُ تَعَلَّمْنَ الدَّرْسَ
c. Na yang menunjukkan Fa’il
Contoh :
Kami keluar dari kelas خَرَجْنَا مِنَ الْفَصْلِ
2. Mabniyyun ‘Alad Dhommi
Fi’il Madhy dikatakan Mabniyyun ‘Alad Dhommi apabila tersambung dengan Wawul Jama’ah.
Contoh :
Anak anak kecil pergi ke lapangan اَ ْلأَطْفَالُ ذَهَبُوْا إِلَى الْمَيْدَانِ
3. Mabniyyun ‘Alal Fathi
Fi’il Madhy dikatakan Mabniyyun ‘Alal Fathah apabila tidak tersambung dengan hal hal diatas.
Contoh :
Anak kecil itu tidur نَامَ الصَّبِيُّ
Contoh I’ROB
Kita bermain bola لَعِبْنَا الْكُرَةَ
فِعْلٌ مَاضٍى مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُوْنِ وَ ” نَا ” فَاعِلٌ مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُوْنِ = لَعِبْنَا
مَفْعُوْلٌ بِهِ مَنْصُوْبٌ بِالْفَتْحَةِ = الكُرَةَ
XI. AHWALU BINA’ FI’IL AMR
Bina’ Fi’il Amr mempunyai beberapa Ahwal (keadaan) :
1. Mabniyyun ‘Alas Sukun
Fi’il Amr dikatakan Mabniyyun ‘Alas Sukun apabila dia :
a. Shohih Akhir yang tidak tersambung dengan apapun.
Contoh :
Bersihkanlah lantai rumah ! نَظِّفْ بِلاَطَ الْبَيْتِ
b. Tersambung dengan Nun Niswah.
Contoh :
Bangunlah dari tidur ! اِسْتَيْقِظْنَ مِنَ النَّوْمِ
2. Mabniyyun ‘Alal Fathi
Fi’il Amr dikatakan Mabniyyun ‘Alal Fathi apabila dia tersambung dengan Nun Taukid.
Contoh :
Masuklah kedalam taman ! اُدْخُلَنَّ إِلَى الْبُسْتَانِ
3. Mabniyyun ‘Ala Hadzfi Harfil ‘Illah (menghapus huruf Illah)
Fi’il Amr dikatakan Mabniyyun ‘Ala Hadzfi Harfil ‘Illah apabila dia adalah Mu’tall Akhir.
Contoh :
Panggillah saudaramu ! اُدْعُ أَخُوْكَ
Takutlah terhadap Tuhanmu ! اِخْشَ رَبَّكَ
4. Mabniyyun ‘Ala Hadzfin Nun (menghapus huruf Nun)
Fi’il Amr dikatakan Mabniyyun ‘Ala Hadzfin Nun apabila dia tersambung dengan
a. Alif Itsnain
Contoh :
Bukalah pintu kamar ! اِفْتَحَا بَابَ الْحُجْرَةِ
b. Wau Jama’ah
Contoh :
Bawalah buku buku kalian ! اِلُوْا كُتُبَكُمْاِحْمِلُ
c. Ya’ Mukhothobah
Contoh :
Duduklah diatas kursi ! اِجْلِسِى عَلَى الْكُرْسِيِّ
Contoh I’ROB
Panggilah ustadz ! اُدْعُ اْلأُسْتَاذَ !
فِعْل أَمْر مَبْنِيُّ عَلَى حَذْفِ الْوَاوِ = اُدْعُ
مَفْعُوْلٌ بِهِ مَنْصُوْبٌ بِالْفَتْحَةِ = الأُسْتَاذَ
XII. AHWAL BINA’ FI’IL MUDHORI’
0 komentar :
Posting Komentar