Angsa Emas

on Senin, 19 September 2011

Di sebuah pedesaan, setelah musim panen padi selesai, jerami berserakan di pematang sawah. Seekor ibu itik duduk mengerami telur-telur itik di atas jerami ditepian sawah di dekat parit, sabar menunggu, menjaga sampai telur-telurnya menetas.
Akhirnya, saat yang ditunggu tiba ketika ada gerakan dibawah sayapnya. Satu per satu telur-telurnya menetas dan muncul anak-anak itik berbulu halus lembut. Ada satu telur yang lebih besar dari lainnya yang belum menetas. Sang ibu itik duduk mengerami kembali.
Beberapa hari kemudian terdengar ketukan halus dan keluarlah dari kulit telur anak itik paling aneh berpenampilan buruk. Ibu Itik menggiring bayi itik ke parit mengajarkan pelajaran berenang tak terkecuali si itik buruk rupa. Dengan bangga diperhatikannya anak-anak itik bergembira hilir mudik di air. Terdengar cemooh dari keluarga itik lain yang muncul belakangan ditujukan pada si anak itik buruk rupa di barisan akhir. " Ia terlalu lama di dalam telur," Ibu itik menjelaskan. " Ia akan kuat dan tumbuh menjadi itik yang bagus."
Beberapa minggu berlalu, anak itik tumbuh menjadi itik dewasa. Namun anak itik buruk rupa tetap berbeda dengan yang lain. Semua itik di parit mematuk dan mengolok-oloknya serta menolak bermain dengannya. Anak itik buruk rupa merasa tertekan dan tak tahan lagi, diputuskan untuk pergi ke rawa-rawa diseberang desa. Ia sendiri dan bersembunyi di balik ilalang. Ketika musim hujan tiba ia kedinginan dan menderita.
Semua rintangan dilalui dengan tegar dan terus bertahan sampai ia merasa lebih baik dan mencoba untuk bermain ke sebuah danau yang indah.
Dikepakan sayapnya, merasa lebih besar dan kuat sehingga tanpa sadar membuat hatinya senang dan berseri-seri di air. Ketika dari tempatnya melihat segerombolan angsa meluncur gemulai ketengah danau, anak itik merasa rendah diri kembali. Ketakutannya muncul kalau-kalau mereka akan mematuk seperti teman-teman itik dulu memperlakukannya.
"Ah, biarlah aku dipatuk angsa dari pada diganggu itik-itik," lalu terus meluncur mengapung ketengah danau. Seekor angsa indah berbulu mengkilap dengan paruh kuning keemasan menatap kearahnya. Ketika ia merentangkan sayapnya, angsa emas itu juga melakukan gerakan yang sama. Anak itik tersadar bahwa ia adalah seekor angsa emas. Gerombolan angsa mendekatinya dan mengucapkan selamat datang dengan paruh mereka. Beberapa anak desa mendekati danau dan berseru, "Lihat ada angsa yang baru, ia lebih cantik keemasan dari pada yang lain".
Angsa muda cantik keemasan merasa malu dan menyembunyikan kepalanya di bawah sayapnya. "Aku tidak pernah bermimpi dengan kejadian gembira ini ketika masih menjadi itik buruk rupa"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sobat, jangan pernah merasa tertekan disaat diri ini di"cemooh" karena berbeda dengan sekeliling kita. Jangan terus mengurung diri dalam sangkar yang gelap dan membuat lemah. Lihatlah diluar matahari memancarkan sinar hangatnya. Awan putih berarak-arak menemani bentangan langit biru. Cahaya rembulan berpendar-pendar menyingkap kepekatan malam. Kerlipan bintang bertaburan menghiasi angkasa malam raya. Sebuah lukisan tua maha indah yang ada sebelum kita ada. Kehadiran manusia di bumi pun menjadi warna-warni mempercantik lukisan agung dunia. Akankah kita sia-siakan hidup kita dalam kerendahan diri, kegelapan, kelemahan, keburukan dan kenistaan. Bangkitlah dan jadilah salah satu warna indah penghias lukisan agung dunia.
Sering kita terpesona dan terpukau melihat orang-orang yang sukses dan berhasil disekeliling kita, menjadikan idola bahkan berusaha mirip dalam segala hal dengan sang Idola. Tahukah sobat bahwa tanpa sadar keterpukauan itu telah menciptakan itik buruk rupa pada diri sendiri. Sehingga pribadi kita menjelma menjadi "aneh" bahkan tidak mengenalinya, karena dipaksakan menjadi pribadi orang lain. Hidup dalam ketidaktahuan, tidak pernah mengerti arti kebahagiaan dan keberhasilan sejati karena perasaan sendiri telah telanjur tumpul. Diri sendiri berperan memainkan peran orang lain.
Itik buruk rupa adalah sisi "gelap" kehidupan dimana kelemahan, keputusasaan, kemalasan, kerendahan diri, ketidakjujuran, kenistaan yang mengendap dalam diri dan angsa emas adalah sisi "terang" kehidupan tempat dimana bakat, kemampuan, potensi, kekuatan, kehormatan bersemayam dalam pribadi diri. Sisi gelap dan terang, dua-duanya ada dalam kepribadian seorang manusia lalu diberi kesempatan untuk memilih sisi mana yang paling dominan menuntun perubahan dalam kehidupan selanjutnya.
Proses selanjutnya kerja keras dan ketekunan berlatih untuk mengasah talenta tersebut. Seseorang bisa sukses karena melewati proses kerja keras dan tekun berlatih disaat kita bermain menyia-yiakan waktu. Seseorang bisa berhasil setelah melalui rintangan dg ketegaran dan terus bertahan. Keberhasilan adalah sebuah proses panjang, bukan proses "instan".
Jangan pernah malu dan cepat kecewa dengan "kegagapan" dalam berproses. Adalah wajar bila orang yang sedang belajar mengalami kesulitan serta kegagapan, mencoba-coba dan bahkan merasa gagal. Pantang menyerah harus selalu didengungkan setiap waktu, tekat kuat harus terus ditanamkan dalam hati, proses belajar tak pernah usai, bukankah "setelah kesulitan itu ada kemudahan. Yakinlah bahwa setelah kesulitan itu ada kemudahan".
Kepandaian seseorang bermain gitar sambil membaca puisi, kepiawaian seorang ustadz muda dengan retorika yang mampu mengguncang kalbu, kemahiran seorang penulis menggores pena menguntai indah hikmah hidup, semuanya dilalui dengan perjuangan dan pengorbanan disertai kegigihan berlatih tak kenal lelah diiringi kesabaran menunggu "menetas"-nya diri menjadi "angsa emas".
Dengan mengenali diri sendiri secara tepat dan menghargai potensi serta kemampuan yang dimiliki tidaklah "bermimpi" jika suatu saat ada perubahan dahsyat hasil dari ketekunan dan kesabaran. Yakinkan pada diri bahwa potensi yang kita punya adalah sebuah harta emas yang harus terus dirawat, diuji, ditempa sehingga melahirkan pribadi cemerlang bersinergi.
Sobat, asahlah terus talenta diri agar menjelma menjadi pribadi keemasan. Berkilau, berpendar-pendar memberi manfaat kepada sesama.
Selamat berjuang sahabatku, ...menemukan "angsa emas" diri

0 komentar :